Rabu, 18 Januari 2012

Empat “Badasses” dari Nusantara Kuno

Nusantara got more than just a bunch of spear-wielding topless spartans with Skrull‘s abs.
Pada tulisan kali ini, penulis membatasi pada tokoh-tokoh yg hidup pada masa sebelum adanya imperialisme barat di Asia Tenggara. Agak sulit memang mencari informasi tertulis tentang tokoh-tokoh nusantara pada jaman pre-imperialism (kalaupun ada, informasi yg tersedia relatif sedikit). Penulis mencoba menggali sebanyak-banyaknya informasi yg dapat diperoleh (baik dari sejarah, cerita rakyat, kitab-kitab, wangsit, kabar angin, dll).
Dan inilah beberapa tokoh, yg menurut penulis, kadar testosterone dalam darahnya nampaknya ada di atas ambang batas yg dianjurkan.


1. KEN AROK

KEN AROK (bergelar Sri Girinatha atau Sri Ranggah Rajasa Batara Sang Amurwabhumi) adalah seorang anak nakal yg suka berbuat keonaran saat mudanya. Pararaton (kitab raja-raja) menceritakan legenda kelahiran Ken Arok yg terlahir dari wanita desa bernama KEN ENDOK, yg dihamili oleh DEWA BRAHMA. Mirip-mirip cerita Hercules ya, yg ibunya dihamili oleh dewa Zeus.
Maybe you can picture him as Kevin Sorbo with Gatotkaca hairdo, and wearing a batik sarong instead of tight leather pants.
Tapi Ken Arok yg satu ini lebih ugal-ugalan dibandingin teman senasibnya dari negeri asal patung-patung bugil tersebut.
Ken Arok mengawali karirnya di masa muda sebagai seorang MALING, BANDIT, PENYAMUN, dan pekerjaan-pekerjaan tak terpuji lainnya yg umumnya tidak pernah disarankan oleh orang tua kepada anaknya. Walaupun kayaknya masa mudanya gagal banget, tapi ada satu hal yg patut dikagumi dari diri seorang Arok: KE-TIDAK-PERNAH-MENYERAH-AN-NYA PADA NASIB. Ya, dia sangat ambisius dan pekerja keras. Legenda ke-badass-annya yg paling populer mungkin saat awal dia mendirikan kerajaan Singhasari.
Saat itu tempat tinggal Arok, TUMAPEL, dipimpin oleh seorang akuwu bernama TUNGGUL AMETUNG, yg memiliki seorang istri cantik yg bernama KEN DEDES. Singkat cerita, setelah lama malang-melintang di dunia kebejatan, Arok diterima jadi pegawai rendahan di Tumapel.
Nah, Bang Arok ini punya guru spiritual (aye, trend yg saat ini juga digandrungi oleh para pejabat dan juga selebritas tanah air) bernama MPU LOHGAWE. Pada suatu hari yg bersejarah, Arok bercerita kepada Mpu Lohgawe, kira-kira begini:
KA: “Mbah Gawe, tadi siang aku ngintip para sekar kedaton mandi-mandi di Taman Sari, lho. Wuaaaw.”
ML: (hanya diam, sambil geleng-geleng kepala, tidak begitu peduli)
KA: “Terus gini, Mbah. Tadi pas aku ngintip, aku ngeliat Ken Dedes bugil, lho. Mulus banget. Hahahay…”
ML: (tiba-tiba nampak mendengarkan dengan penuh minat)
KA: “Dan ga cuma itu. Pas aku lihat-lihat, SELANGKANGAN Ken Dedes ternyata BERCAHAYA, booo.”

Hampir loncat dari tempat duduknya, Mpu Lohgawe lalu menceritakan arti dari fenomena menarik yg dilihat oleh Arok. Dia berkata bahwa wanita yg memiliki selangkangan yg bercahaya, ditakdirkan untuk melahirkan raja-raja bagi negeri ini. Mendengar itu, darah muda dan ambisi Arok jadi bergelora. Dia dengan cepat menyusun rencana, dan pergi ke tempat MPU GANDRING, seorang pandai besi terkemuka.
Di sana, Arok minta dibuatkan sebilah keris yg mantap dan mandraguna untuk membunuh Tunggul Ametung yg terkenal sakti. Mpu Gandring minta waktu beberapa hari untuk menyelesaikannya. Namun, tiba-tiba terdengar berita bahwa Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung. Arok segera menuntut Mpu Gandring untuk secepatnya menyelesaikan pembuatan keris pesanannya.
Mpu Gandring menjelaskan bahwa kerisnya telah selesai dibuat physically, tapi spiritually masih harus melewati beberapa tahap upacara pemurnian lagi, untuk menghilangkan segala keburukan-keburukan yg mungkin masih tersimpan di dalamnya. Melihat Mpu Gandring komat-kamit membaca mantra, Arok yg sudah ga sabar dan ga peduli dengan hal-hal macam itu cuma bisa berkata, “Dude, WTF?” sambil menarik keris tersebut dan membenamkannya ke dada Mpu Gandring.
Sambil semaput, Mpu Gandring masih menyempatkan diri memberikan sepatah dua patah kata perpisahan, yg kira-kira begini, “Rok, keris ini …uhuk, uhuk… tidak akan pernah berhenti membawa kemalangan, sampai dia …uhuk… puas meminum darah dari 7 orang anak manusia… INCLUDING YOU, BAST*RD.
Selesai membunuh Mpu Gandring, Arok membawa pergi keris tersebut dan memberikannya pada seorang temannya sesama pegawai Tumapel, KEBO IJO. Kebo Ijo yg seorang narcissist, senang pamer, dan suka banget sama keris, langsung menerima dengan sukacita. Sesuai prediksi Arok, saking senangnya Kebo Ijo langsung membawa keris itu ke pasar dan memamerkannya pada semua orang.
Status Twitter Kebo Ijo siang itu.
Malam harinya, Arok mencuri keris tersebut dari Kebo Ijo (mungkin dia mengajak Kebo Ijo mabuk-mabukan, lalu mencuri kerisnya saat Kebo Ijo tumbang), lalu menyelinap ke kediaman Tunggul Ametung. Dengan keris yg sama Arok membungkam Tunggul Ametung untuk selama-lamanya, dan membiarkan keris itu menancap di dadanya.
And guess what, sesuai rencana Arok, keesokan paginya tentara kerajaan segera meringkus Kebo Ijo. Kebo Ijo yg ga tau apa-apa dan bingung karena masih merasakan hangover yg parah, kaget ketika dituduh membunuh Adipatinya. Sebelum Kebo Ijo bicara terlalu banyak, Arok segera mencabut keris tersebut dan membenamkannya ke dada Kebo Ijo, in the name of justice and sweet revenge.
Setelah itu, Ken Arok mengambil alih pucuk pimpinan Tumapel dari tangan Tunggul Ametung, dan juga mengambil alih Ken Dedes. Langkah awal untuk menggapai ambisinya berjalan SUKSES.
Setelah menang melawan Kediri dalam Perang Ganter (1222 M), Ken Arok mendirikan kerajaan Singhasari (1222 – 1293 M), yg menjadi cikal bakal kerajaan-kerajaan besar di tanah Jawa. Dia mati di tangan anak tirinya (anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung) yg bernama ANUSAPATIi, konon oleh keris yg sama.
Keturunan si begajulan ini menjadi raja-raja di nusantara, HINGGA KINI. Perjalanan hidupnya yg betul-betul ugal-ugalan dan rock ‘n’ roll, dari bukan siapa-siapa menjadi seorang raja, penuh intrik dan darah, layak dimasukkan pada kategori ‘JANTAN’. BADASS QC Test: PASSED.

2. RADEN WIJAYA

Okay, mengirimkan SELURUH pasukan inti Anda sejauh lebih dari 800 mil ke garis depan untuk menghadang invasi asing bukanlah ide yg bagus. Apalagi jika di sebelah rumah anda tinggal seorang pria yg kakek buyutnya dulunya DIBUNUH oleh kakek buyut anda. Ini sih sama seperti jogging sendirian di Serengeti sambil telanjang bulat.
Tahun 1291, raja terakhir Singhasari, KERTANEGARA, tewas saat keraton Singhasari diluluh-lantakkan pasukan Kediri yg dipimpin oleh JAYAKATWANG. Saat itu SELURUH pasukan inti Singhasari sedang nongkrong di ranah melayu untuk menghadang invasi pasukan Mongol / Tartar. Kesempatan itulah yg digunakan Jayakatwang untuk menyerang ibukota Singhasari, sekaligus membalaskan dendam leluhurnya.
Dalam serangan itu, seorang pria tulen bernama RADEN WIJAYA (yg adalah menantu Kertanegara) berhasil meloloskan diri ke Madura, minta perlindungan Banyak Wide (Arya Wiraraja) Sang Bupati Sumenep. Atas bantuan Arya Wiraraja, akhirnya Jayakatwang mau mengampuni Wijaya dan MEMBERIKANnya sebidang tanah di daerah Tarik; yang mana menurut penulis memberikan daerah kekuasaan untuk orang (baca: badass) yg mertuanya telah Anda BUNUH adalah ide yg tidak begitu baik. Ini sih seperti jogging rame-rame di Serengeti sambil menghisap mariyuana.
Dan Wijaya tidak akan berada dalam list ini jika dia cuma kongkow-kongkow  santai di rumah barunya tersebut. Dia diam-diam membangun kekuatan di Tarik dan mengumpulkan sisa maniac-maniac Singhasari. Sekelompok MANIAC yg dipimpin oleh seorang BADASS adalah resep yg tepat untuk menghancurkan suatu negara. Apalagi jika ditambah dengan kedatangan 20.000 pasukan Mongol yg tiba-tiba di Jawa.
Wijaya langsung mendatangi pemimpin pasukan Mongol yg sedang menggerutu mencari keberadaan Kertanegara yg telah berbuat kurang ‘senonoh’ pada utusan Mongol sebelumnya. Dengan sedikit tipu-tipu oleh Wijaya, akhirnya Mongol setuju untuk menyerang Jayakatwang bersama-sama. Jayakatwang yg merasa tidak pernah punya masalah dengan Mongol (maupun kuda-kudanya) hanya bisa, “WTF?!” saat istananya digempur.
Tamatlah kerajaan Kediri hari itu. Mongol berpesta malam itu juga, mengira mereka telah berhasil melenyapkan Kertanegara yg kurang ajar. Tapi Wijaya, yg sudah kebanyakan menghisap ganja dan menjadi agak aneh, tidak mau membiarkan kemenangan ada di tangan orang-orang Mongol. Dia segera mengenakan cawat batiknya.
“Put on your thongs, Gentlemen. We’re going wild.”
Sekedar informasi. MONGOL pada masa kejayaannya adalah sebuah IMPERIUM BESAR  yg terbantang dari SEMENANJUNG KOREA di bagian timur, hingga sedikit di luar kota VIENNA pada ujung baratnya. Sepanjang perjalanannya hanya ada 2 daerah yg selamat dari terjangan bangsa yg terkenal ahli berkuda (dan juga suka minum darah kuda) ini, yaitu Asia Selatan (India) karena pegunungan Himalaya yg merupakan pertahanan alaminya, serta kepulauan Jepang karena selatnya yg berbadai, ber-kamikaze, dan sulit untuk dilintasi. Pendek kata, pasukan Mongol telah terbukti keJANTANannya di ranah Eurasia.
Sekarang bayangkan ini. Seorang laki-laki dan pasukannya, tiap orang cuma bermodalkan sebilah KERIS dan sepotong CAWAT bermotif batik. Dan di depannya terbentang segerombolan besar pasukan MONGOL (seperti yg diceritakan di atas).
Sekarang, Anda boleh bertanya pada psikiater Anda, atau kepada motivator-motivator yg bertebaran di seminar-seminar, atau Clint Eastwood, atau komandan rayon militer terdekat, atau mungkin dosen pembimbing Anda. Apa yg semestinya seorang pria sehat lakukan pada kondisi tersebut?
"Go ahead, Punk. Make your day."

Whoa. Wait a minute..

Tapi, kalau si jantan Wijaya sih ga perlu lama-lama berpikir. SERANG, TENDANG mongol-mongol itu untuk selama-lamanya dari nusantara, dan MENANG untuk menjadikan nusantara tempat ketiga yg gagal ditaklukkan oleh Mongol di masa jayanya. That’s all. Kejantanan yg SEMPURNA dan PARIPURNA.
“Pull back, Goddammit!! Those thong-wearing creatures could nail your asses into oblivion.”
KECEKATANNYA dalam memanfaatkan kesempatan dan mengambil keputusan, serta KEBERANIANNYA mengambil resiko memang tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan oleh tentara sekaliber Mongol. Jika Sun Tzu si pengarang buku best seller itu bisa bangun dari kuburnya, pastinya dia akan menghampiri Wijaya, sambil berkata, “Dude, that was just damn COOL.

Lelaki keturunan Ken Arok ini memang ga kalah jantan dari kakek moyangnya yg juga senang ugal-ugalan itu. Pantaslah kalau dia akhirnya menjadi raja pertama dari suatu kerajaan yg akan dikenal sepanjang masa sebagai kerajaan terbesar yg pernah ada di Asia Tenggara: Majapahit (1293 – 1520an M). Tidak perlu bicara lebih jauh lagi, Wijaya (yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana setelah menjadi raja) sudah menjadikan ‘kejantanan’ sebagai pilihan hidupnya

3. GAJAH MADA

Nama-nama binatang memang ear-catching dan terkesan jantan, apalagi kalau binatang yg dipinjam namanya itu adalah gajah. Dan di masa sekarang, kebanyakan (atau mungkin semua) orang Indonesia tidak asing lagi dengan nama yg satu ini. Bagaimana tidak? Nama jalan, nama universitas, nama kapal, nama bakmi, nama bengkel motor, banyak banget nama GAJAH MADA bertebaran di nusantara.

Dan apa yg bisa membuatnya begitu besar dan termahsyur? Jawabannya: KETEGUHAN dan KETEKUNAN.
Pertama kali tercatat sebagai seorang komandan satuan elit Bhayangkara (royal guard) di kerajaan Majapahit, nama Gajah Mada mulai diperhitungkan di ranah politik Wilwatikta setelah dia berhasil menyelamatkan dan menyembunyikan Raja Jayanegara (saat terjadi insiden Badander, 1319 M) dari niat jahat Kuti, seorang bangsawan pemberontak. Pemberontakan Kuti akhirnya berhasil ditumpas. Atas jasanya, dia diangkat menjadi Patih untuk Kahuripan, dan kemudian Patih untuk Kediri.
Tidak mandeg sampai di situ, karirnya terus melesat tinggi setelah dia dan raja Majapahit untuk Swarnadwipa/Sumatera, ADHITYAWARMAN, bekerja sama dan berhasil menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta (1331 M) dan menaklukkan Bali (1343 M).
Visinya untuk dapat melihat suatu negara kesatuan di nusantara yg bersatu di bawah panji Merah Putih Wilwatikta, tertuang dalam sumpahnya yg termahsyur, sumpah terjantan dan terberat yg pernah diucapkan seorang pria di nusantara: SUMPAH PALAPA (1336 M).
"I'm not gonna eat junk food till we screw those motherf***ers. Yes... We can."
Atas segala kerja keras serta dedikasinya yg tinggi pada kemajuan Majapahit, Ratu TRIBHUWANATUNGGADEWI mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih, suatu posisi komando tertinggi di ranah pemerintahan Majapahit (langsung berada di bawah raja/ratu). Dia menjadi figur sentral dalam segala pengambilan kebijakan kerajaan selama bertahun-tahun. Segala sesuatunya berjalan sangat mulus dan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
Majapahit’s Territory at its heyday (Pic from en.wikipedia.org)
Namun, apalah seorang pria sejati tanpa sebuah kontroversi. Pada masa pemerintahan Raja HAYAM WURUK, Gajah Mada ditugasi untuk mencarikan pendamping yg tepat untuk sang raja muda. Semalam suntuk Gajah Mada mengunduh semua lukisan putri dari segala penjuru Nusantara. Tidak butuh waktu lama, pilihan Hayam Wuruk jatuh pada seorang putri bernama DYAH PITALOKA dari Kerajaan SUNDA GALUH, yg saat itu belum tunduk pada Majapahit.
Lamaran Hayam Wuruk diterima oleh pihak Sunda Galuh dan berangkatlah rombongan keluarga kerajaan Sunda Galuh menuju Trowulan (ibukota Majapahit) untuk mengiringi Dyah Pitaloka di pernikahannya. Sesampainya di Majapahit, rombongan Sunda Galuh mendirikan camp untuk beristirahat di sebuah lapangan bernama BUBAT (sedikit di luar kota Trowulan). Di sana mereka bertemu dengan Gajah Mada dan pasukannya.
Kontroversi masih bergulir tentang apa yg sebenarnya terjadi setelah itu. Namun yg jelas timbul suatu pertentangan antar kedua pihak tentang maksud pernikahan itu sesungguhnya. Pihak Sunda Galuh menganggap pernikahan ini adalah wujud persahabatan kedua negara dan Dyah Pitaloka akan menjadi PERMAISURI bagi Hayam Wuruk. Sedangkan pihak Gajah Mada menganggap pernikahan ini sebagai bukti tunduknya Sunda Galuh terhadap Majapahit, dan Dyah Pitaloka akan dijadikan SELIR sebagai persembahan kepada Majapahit.
Apa yg terjadi setelah itu adalah sebuah pertempuran paling getir dalam sejarah kepemimpian Gajah Mada sebagai mahapatih yg juga merangkap panglima militer tertinggi di Majapahit. Semua anggota rombongan Sunda Galuh tewas hari itu, termasuk raja, ratu, dan sang calon permaisuri Majapahit, Dyah Pitaloka. Pertempuran yg sungguh pahit yg masih menyisakan sedikit dampaknya sampai saat ini.

Suatu precedence yg buruk untuk Majapahit, dan untuk Gajah Mada khususnya, dan lebih khusus lagi untuk franchise bakminya. Tidak jelas apakah dia dipecat atau mengundurkan diri, yg jelas setelah peristiwa tragis itu dia pergi mengasingkan diri ke suatu tempat yg jauh dari hingar-bingar dunia, dan semenjak itu hilang jejaknya dihembus udara.
Jika dilihat dari sosoknya yg kontroversial, ketangguhannya sebagai prajurit elit maupun sebagai pemimpin, visinya yg luas, tipu-tipunya yg jitu, dan juga sumpahnya yg fenomenal, Gajah “no-spices-dude” Mada adalah padanan yg sesuai untuk ‘jantan’.

4. HANG TUAH

Bukan-bukan, penulis bukan sedang membahas nama jalan tempat sebagian anak-anak gaul Jakarta biasanya nongkrong menghabiskan malam. Yang sedang dibicarakan di sini adalah HANG TUAH si anak gaul melayu dari Kesultanan Melaka.
"Let's hit the town on Friday night, Dude."
Alkisah, saat dia remaja, sekelompok penyamun datang untuk menjarah desa tempat tinggal Tuah. Banyak warga yg mati dan terluka. Penduduk desa bersembunyi di rumah masing-masing, kecuali… kecuali siapa lagi, Hang Tuah.
Saat dia sedang memotong kayu bakar, teman-temannya berteriak padanya bahwa para penyamun sudah datang. Tuah cuma diam dan melanjutkan pekerjaannya. Teman-temannya yg tahu kalau Tuah berniat menghadapi para penyamun, lalu bertanya mengapa Tuah tidak mengambil kerisnya. Tuah cuma menjawab, “No need lah. Bunuh penyamun macam tu tak patut guna keris. Patutnya guna kapak kayu macam ni.”
Dan betul aja, saat penyamun-penyamun itu mencoba menerjangnya, dengan sigap Tuah MEMBENAMKAN mata kampaknya ke tiap kepala penyamun tersebut. And a LEGEND was born.
Mungkin karena adrenaline terlalu dominan di dalam pembuluh darahnya, saat berumur SEPULUH TAHUN, Hang Tuah bersama dengan sahabat-sahabatnya yg juga masih di bawah umur  (Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, Hang Lekiu) pergi bertualang di Laut Cina Selatan. Dan begitulah, mereka mampu pulang dengan selamat setelah mengalahkan setiap bajak laut yg menghadang. Dan… Hey, tunggu dulu. Ga salah baca kan ini? Umur sepuluh tahun? BAJAK LAUT???
Sometimes, a bunch of underage brats and an obese cat robot are all we need to slam a motherf***er.
Ya, ya. Tak lama setelah itu, mereka dijadikan anak angkat oleh Baginda Raja. Beberapa tahun kemudian, karena selalu ditolak cintanya oleh seorang putri dari Indrapura dan menjadi putus asa, sang Raja akhirnya meminang seorang putri dari Majapahit. Maka berangkatlah rombongan kerajaan ini ke tanah jawa.
Sehari menjelang pernikahan, seorang prajurit Majapahit mengamuk dan membuat kegaduhan di istana. Prajurit tersebut bernama TAMING SARI, prajurit tua yg betul-betul tangguh. Hang Tuah yg suka tergelitik jika melihat lelaki mature yg tangguh, muncul menghadapinya. Maka, berduellah kedua kesatria beda generasi tersebut.
There's a moment when an old badass should realize that he's TOO OLD
Dengan menggunakan keris yg ia rebut dari tangan Taming Sari, Hang Tuah menyudahi perlawanan prajurit tua tersebut, sekaligus menganTarkannya kembali ke rahmat Tuhan. Atas keberaniannya, Hang Tuah diberi gelar Laksamana dan dihadiahi keris milik Taming Sari.
Suatu ketika, Hang Tuah difitnah oleh seorang pejabat negara (ia digosipkan suka ‘menggoda-goda’ dayang istana), kemudian ia diusir dari Melaka. Hang Tuah mengungsi sementara di Indrapura. Di sana ia pacaran sama TUN TEJA, seorang gadis yg dulunya ditaksir oleh Baginda Raja Melaka sebelum menikah dgn putri jawa.
Setelah beberapa lama, Indrapura kedatangan kapal Melaka yg hendak menjemput Hang Tuah. Hang Tuah menyatakan KESETIAANnya dengan bersedia pulang ke Melaka dan kembali mengabdi pada Baginda Raja. Dan lebih dari itu, ia juga menyerahkan pacarnya, Tun Teja, untuk dijadikan istri kedua bagi Baginda Raja. Dan apa yg lebih menunjukkan sebuah KESETIAAN selain dengan sukarela MENYERAHKAN pacar Anda pada raja.
Beberapa tahun kemudian dia difitnah (LAGI) oleh beberapa kalangan. Tanpa pikir panjang baginda raja langsung menjatuhi hukuman mati pada Hang Tuah. Bendahara kerajaan langsung memberitahu Hang Tuah untuk kabur bersembunyi ke Hulu Melaka, pura-pura sudah mati. Keris Taming Sarinya yg sakti itu dia titipkan pada Bendahara untuk diserahkan pada Baginda Raja.
Karena kesal mendengar sahabatnya dihukum mati, Hang Jebat (yg mungkin telah mengkonsumsi evil-fruit saat bertualang di laut) MENGAMUK di istana raja sampai semua berantakan. Baginda Raja yg cuma bisa bengong melihatnya, menyesal karena dia telah menghukum Hang Tuah, karena hanya Hang Tuahlah yg mampu mengalahkan Hang Jebat.
You know what would happen if an evil-fruit user's running amok.
Dan tiba-tiba muncullah Hang Tuah sambil, “Apa macam, Bro?” dan segera menghajar Hang Jebat. Setelah TUJUH HARI bertarung (Hah?! Ini pertarungan atau kunjungan ke luar negeri?!), Hang tuah berhasil merebut kembali keris taming sari dan membunuh Hang Jebat dalam pertarungan. Hang Jebat tewas di pangkuan teman yg telah dibelanya. Semenjak itu, Hang Tuah pergi menghilang. Ah, cerita yg membingungkan. Mana yg benar dan mana yg salah masih menjadi perdebatan di kalangan budayawan melayu. Dan lelaki sejati memang selalu penuh kontroversi.
Namanya diabadikan sebagai nama kapal perang pertama milik Indonesia KRI Hang Tuah, sebagai nama sekolah dan universitas, dan juga sebagai nama jalan di tanah air dan juga negeri tetangga. Hang Tuah, memang sebuah nama yg gaul dan ‘jantan’.
Semoga setelah membaca seluruh artikel ini, Anda tidak lupa untuk mengingat kata-kata apa saja yg penulis TEBALKAN. Hopefully. Salam Nusantaran.

SUMBER :http://theposkamling.com/empat-badasses-dari-nusantara-kuno-part-1/

0 komentar:

Posting Komentar